banner FS2
Tuesday, September 20, 2011
Home »
MindShare
»
What's In My FOOD?
What's In My FOOD?
Bahwa makanan
memiliki peranan penting dalam status gizi seseorang memanglah benar adanya.
Kekurangan zat besi dapat menyebabkan seseorang puyeng gliyeng2, lemes, dan ga
konsen terus bawaannya. Kekurangan vitamin E, bisa menjadi salah satu penyebab
ketidaksuburan seseorang (huahm..). Sebaliknya, kebanyakan lemak bikin ga
lincah dan nyusahin kerja jantung, belum lagi risiko penyakit kardiovaskuler.
Pfiuhh,, tidak jauh dari itu, kekurangan2 lainnya, kadang bikin paranoid
terhadap apa yang kita makan. Cukupkah gizi dalam makanan kita? Atau
kelebihankah? Udah makan asam amino A belum ya? Apa rasio natrium-kalium dalem
tubuh masih pas buat penyerapan optimum kalsium? Bifido dalem yogurt yang kita
makan tadi kira2 idup ga ya, di usus? (ada ga yang iseng mikir gitu? Hehe)
Ruwet ya, kalo
sebagai orang biasa kita mikirin gituan.. Eits,, tunggu dulu.. Ribet sih iya,
dikit.. Hehe. Tapi bukankah belajar sesuatu yang sering bersentuhan dengan idup
kita merupakan salah satu hal bermanfaat? Kalo misalnya kita gak ngerti bahwa
kita sakit kulit ato sembelit, yang sebenernya karna makanan kita kurang
vitamin E, ato kurang dietary fiber. Sayang sekali bukan? Padahal itu adalah
karna kesalahan kitanya sendiri ga tau hal yang sebenarnya penting bagi kita
untuk diketahui.
Nah, jika kita
sekarang sudah mengetahui setidaknya garis besar tentang apa yang terkandung
dalam makanan kita, mengetahui garis besar proses pencernaan makanan dalam
tubuh, tentang risiko yang mungkin terjadi jika kita kekurangan/kelebihan zat
gizi anu dan unu (panjang bgt ni kalimat). Maka, hal yang cenderung terjadi
adalah kekhawatiran berlebih
akan kekurangan/kelebihan gizi.
Sebuah fenomena (?!) yang patut diketahui adalah kisah Ibnul Qayyim berikut ini:
Ibnul Qayyim berkata,"Aku dan selain diriku telah
megalami perkara yang ajaib tatkala berobat dengan air Zam-Zam. Dengan izin
Allah, aku telah sembuh dari beberapa penyakit yang menimpaku. Aku juga
menyaksikan seseorang yang telah menjadikan air Zam-Zam sebagai makanan selama
beberapa hari, sekitar setengah bulan atau lebih. Ia tidak mendapatkan rasa
lapar, ia melaksanakan thawaf sebagaimana manusia yang lain. Ia telah
memberitahukan kepadaku bahwa, ia terkadang seperti itu selama empat puluh
hari. Ia juga mempunyai kekuatan untuk berjima', berpuasa dan melaksanakan
thawaf " [1]
Atau.. kisah
Jundub bin Junadah alias Abu Dzar al-Ghifari?
Abu Dzar al Ghifari berkata,"Selama 30 hari, aku
tidak mempunyai makanan kecuali air Zam-Zam. Aku menjadi gemuk dan lemak
perutku menjadi sirna. Aku tidak mendapatkan dalam hatiku kelemahan
lapar." [2]
So, actually u don’t have 2 over-worrying
"what's in ur food". Banyak belajar tentang gizi makanan yg kita
makan harusnya bikin kita jadi bijaksana dalam memilihnya.
Tapi ga perlu galau berlebihan, santay ajah tapi diperhatikan juga. Bukan juga
dengan semata2 menggantungkan nasip kita pada makanan dan jadi over gitu.
Intinya, semua tergantung pada Allah, tapi kita ga boleh juga menafikan untuk
melaksanakan sebab. Belajar tentang gizi
pangan harusnya memperkuat
sandaran dan ketergantungan kita kepada Allah,
seperti kisah keyen Ibnul Qayyim dan Abu Dzar di atas. Dan Dia-lah yang Maha
Penguasa mengatur segala yang Ia kehendaki.
Kalo
ga blajar tentang pangan? Yah, sayah sarankan untuk tau, meski sedikit. Kita
wajib buat mengetahui ilmu yang kita butuhkan untuk kehidupan sehari2 bukan?
Biar ga ngasal gitu deh,, hehe. Apalagi buat bekel jadi emak2.. Kalo ngasal, ntar kasian
anaknya.. Euh, jadi inget kalo banyak anak
kecil jaman skarang minumannya yg warnawarni dalem gelas plastik itu loh, yg
tinggal coblos… Have u ever read the ingridients??
Oh so…
Yah,
segitu dulu,, smoga bermanfaat. Wallahu ta'ala a'lam.
Sperti biasa, CMIIW yah.
And feel free 2 write ur opinion below~~
[1]. Lihat Shahihul-Bukhari, 3/1190, Cetakan Dar Ibnu Katsir, al
Yamamah, Beirut. Dalam riwayat yang sama terdapat dalam Musnad Ahmad. Shuaib al
Arnauth mengatakan, bahwa sanadnya shahih sesuai dengan syarat shahihain. Lihat
Musnad Ahmad, halaman 1/291, Cetakan Muassasah al Qurtubah, Mesir.
[2]. Lihat Shahih Muslim, 4/1919, Cetakan Dar Ihya
Turats Arabi, Beirut. Lihat Shahih Sirah Nabawiyah, al Albani, 129.
-keduanya via Al-Manhaj
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
entah kenapa pingin komen,,,
'let your food be your medicine, and medicine be your food'
walaupun banyak yang mengatakan bahwa pangan bukan obat, tapi tetap ada aja makanan yang sengaja kita makan kalau kita sakit tertentu. contohnya zam-zam tadi, atau kita jadi lebih banyak makan jeruk waktu flu...
gapapa, komen aja..
".. and medicine be your food'?
yupp,, 'jd inget bu Dosen'...
Post a Comment
CMIIW or gimme some infos! Sorry i dont support anonymous.. Tell me sumthin worth please. Thx